METODE
PEMBELAJARAN dan PENGAJARAN DALAM SURAT AL-QUR’AN
Disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Tafsir Tarbawy
Dosen
Pengampu: Dr. H. Idris Hasan, LC M.A.
Disusun oleh:
1.
Lisep
Bambang .S
2.
Muhsin
Fauzan
3.
Uljanah
Prodi: Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan
Tsauri (STAIS)
Majenang
2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami khususnya dapat
menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Ilmu Kalam”
dengan lancar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat, tabi’in serta orang-orang
yang selalu menapaki jalan kebenaran sampai akhir zaman. amin.
Alhamdulillah setelah melalui usaha dan mujahadah yang
tinggi, akhirnya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul ” Metode Pembelajaran Dan Pengajaran Dalam Surat Al-Qur’an
” sebagai salah satu tugas mata kuliah Tafsir Tarbawy.
Tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada dosen
pengampu Bpk. Dr. H. Idris
Hasan, LC M.A. Serta teman-teman
yang telah memberikan saran-saran yang berharga. Penulis berharap dengan
membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Memang makalah
ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Majenang,
1 Mei
2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
a.
Latar belakang............................................................................. 1
b.
Rumusan masalah........................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pengajaran.............................................. 3
B. Metode
Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an.............. 4
1. Surat
Al-Maidah Ayat 67................................................ 4
2.
Surat
An-Nahl ayat 125.................................................. 7
1) Al-Hikmah................................................................. 12
2) Mauidzah
Hasanah.................................................... 13
3) Mujadalah.................................................................. 13
BAB
III PENUTUP
a. Kesimpulan............................................................................ 15
b. Saran...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang Islami. Dari satu segi kita
melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri
maupun orang lain. Disamping itu pendidikan
bertujuan agar terwujudnya manusia sebagai hamba Alloh. Menurut Islam
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadikan manusia yang menghambakan
diri kepada Alloh.
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Alloh. Akan tetapi pendidikan Islam
disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan
langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam
pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan,
kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada
umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan
oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada
anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan
menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat
dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Al-Qur’an dan Hadits
dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan
ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Alloh. Dalam
hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang
berfungsi untuk mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Alloh dan untuk mendapat
keridhoan-Nya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kemudian
akan dibahas pada makalah ini adalah ,
sebagai berikut :
1.
Pengertian Metode Pengajaran.
2.
Bagaimana Metode
Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an.
3.
Bagaimana mengetahui Sebab-sebab
turunnya ayat-ayat tersebut.
4.
Bagaimana menjelaskan nilai-nilai
tarbawy yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibahas tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pengajaran
Metode
berasal dari bahasa Latin “Meta” yang berarti melalui dan “Hodos” yang berarti
jalan atau ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqah” artinya
jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan
menurut Istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.
Kata “Metode” disini diartikan secara luas, karena mengajar adalah salah satu
bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud disini mencakup juga metode
mengajar.
Dalam
literatur Ilmu Pendidikan, khususnya Ilmu Pengajaran dapat ditemukan banyak
metode mengajar. Adapun metode mendidik selain dengan cara mengajar tidak
terlalu banyak dibahas oleh para ahli. Sebabnya, mungkin metode mengajar lebih
jelas, lebih tegas, obyektif bahkan universal, sedangkan metode mendidik selain
mengajar lebih subyektif, kurang jelas, kurang tegas lebih bersifat seni dari
pada sebagai sains. Metode itu banyak sekali dan akan bertambah terus sejalan
dengan kemajuan perkembangan teor-teori pengajaran. Tak dapat dibayangkan akan
sejauhmana perkembangan metode-metode tersebut. Metode-metode mengajar ini
disebut metode umum.
Disebut
metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya.
Biasanya studi tentang metode mengajar umum disebut dengan menggunakan istilah
metode pengajaran. Disamping itu, ada pula metode pendidikan Islam adalah jalan
atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan
Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim, karena pendidikan
Islam merupakan bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak
yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar
berbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.
B. Metode Pembelajaran
Dalam Perspektif Al-Qur’an
Metode
pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran
yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah
memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode
pembelajaran dan metode mengajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa ayat
Al-Qur’an yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam
presfektif Al-Qur’an terutama dalam Surat Al-Maidah ayat 67 dan Surat An-Nahl
ayat 125.
1.
Surat
Al-Maidah Ayat 67
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ (67)
a)
Artinya:
“Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” .
b)
Mufrodat:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ = Hai Rasul
بَلِّغْ = sampaikanlah
مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ = apa yang di turunkan kepadamu
مِنْ رَبِّكَ = dari Tuhanmu.
وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ = Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu)
فَمَا بَلَّغْتَ = kamu tidak menyampaikan
رِسَالَتَه ُ = amanat-Nya
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ = Allah memelihara kamu
مِنَ النَّاسِ = dari (gangguan) manusia.
إِنَّ اللَّهَ = . Sesungguhnya Allah
لَا يَهْدِي = tidak memberi petunjuk
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ = kepada orang-orang yang kafir
بَلِّغْ = sampaikanlah
مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ = apa yang di turunkan kepadamu
مِنْ رَبِّكَ = dari Tuhanmu.
وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ = Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu)
فَمَا بَلَّغْتَ = kamu tidak menyampaikan
رِسَالَتَه ُ = amanat-Nya
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ = Allah memelihara kamu
مِنَ النَّاسِ = dari (gangguan) manusia.
إِنَّ اللَّهَ = . Sesungguhnya Allah
لَا يَهْدِي = tidak memberi petunjuk
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ = kepada orang-orang yang kafir
c) Asbabun Nuzul
Pada awalnya
Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada
dukungan langsung dari Alloh maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Alloh
sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam
menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat
“Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Alloh SWT. Begitu pun dalam
proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan
materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung
yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya
menyampaikan kepada yang tidak hadir” . Sehingga Allah berfirman sebagai
penegasan dukungan keselamatan :
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ
النَّاسِ = Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
d) Tafsiran
(Hai Rasul, sampaikanlah) semua-(yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu)
dan janganlah kamu menyembunyikan sesuatupun dari pada-Nya karena takut akan
mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan - (Dan
jika tidak kamu lakukkan) tidak
kamu sampaikan semua yang diturunkan kepadamu itu- (berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya). “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena
menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya- (Dan Alloh memelihara kamu dari manusia) agar tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya
Rasulullah SAW itu dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya: “Pergilah
karena sesungguhnya Alloh Memeliharaku!” Riwayat Hakim. (sesungguhnya Alloh tidak memberikan bimbingan
kepada kaum yang kafir).
e) Penjelasan
Nabi
Muhammad adalah teladan di dalam alam nyata. Mereka memperhatikan beliau,
sedangkan beliau adalah manusia seperti mereka lalu melihat bahwa sifat-sifat
dan daya-daya itu menampakan diri di dalam diri beliau. Mereka menyaksikan hal
itu secara nyata di dalam diri seorang manusia. Oleh karena itu hati mereka
tergerak dan perasaan mereka tersentuh. Mereka ingin mencontoh rasul,
masing-masing sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kesanggupannya
meningkat lebih tinggi. Semangat mereka tidak mengendur, perhatian mereka tidak
dipalingkan, serta tidak membiarkannya menjadi impian kosong yang terlalu
muluk, karena mereka melihatnya dengan nyata hidup di alam nyata, dan
menyaksikan sendiri kepribadian itu secara konkrit bukan omong kosong di alam
khayal.
Oleh karena
itu rasululloh s.a.w merupakan teladan terbesar buat umat manusia, beliau
adalah seorang pendidik seorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan
tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik,
dalam hal ini al-quran dan hadits menyebutkannya.
Melalui beliau allah membina
manusia yang dikatakan allah s.w.t :
كنتم خير امة اخرجت للناس تأمرون
بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله
Artinya :
Kami adalah
umat terbaik yang dipersembahkan buat manusia, mengajak manusia berbuat baik
dan mencegah mereka berbuat tidak baik serta beriman kepada Allah (QS Al-Imran
: 110)
Teladan itu
akan tetap lestari selama langit dan bumi ini lestari, kepribadian Rosululloh
s.a.w sesungguhnya bukanlah hanya teladan buat suatu masa, satu generasi satu
bangsa, satu golongan atau satu lingkungan tertentu. Ia merupakan teladan
universal buat seluruh manusia dan seluruh generasi.
Beliau diutus buat seluruh makhluk dan seluruh manusia kapan pun ia lahir, buat seluruh generasi dan buat seluruh tempat. Teladan yang abadi, yang tidak akan habis-habis berkurang atau rusak.
Beliau diutus buat seluruh makhluk dan seluruh manusia kapan pun ia lahir, buat seluruh generasi dan buat seluruh tempat. Teladan yang abadi, yang tidak akan habis-habis berkurang atau rusak.
Pantaslah
orang-orang yang bertemu dengan Rosululloh dan melihat langsung pribadinya yang
mulia itu, telah mengisi penuh roh, hati, otak, peraaan, dan tubuh mereka. Dan
melihat pribadinya yang mulia itu sungguh merupakan terjemahan konkrit dari
Al-Qur’an. Oleh karena itu mereka mengimani agama yang secara nyata mereka
lihat terwujud secara konkrit itu.
Semuanya itu
sudah merupakan ketetapan Allah, dan ketetapannya itu sudah terealisasi dengan
diturunkanya Al-Qur’an. Islam berpendapat, sebagaimana telah kita singgung
didalam permulaan pasal ini, bahwa suri tauladan adalah tehnik pendidikan yang
paling baik, dan seorang anak harus memperoleh teladan dari keluarga dan orang
tuanya agar ia semenjak kecil sudah menerima norma-norma Islam dan berjalan
berdasarkan konsepsi yang tinggi itu.
Dengan
demikian Islam mendasarkan metodologi pendidikannya kepada sesuatu yang akan
mengendalikan jalan kehidupan dalam masyarakat. Maka bila suatu masyarakat
Islam terbentuk, masyarakat itu akan mengisi anak-anaknya dengan norma-norma
Islam melalui suri tauladan yang diterapkan dalam masyarakat dan terlaksana
didalam keluarga dan oleh orang tua.
2. Surat An-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
a)
Mufrodat:
ادْعُ = Serulah (manusia)
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ = kepada jalan Tuhanmu
بِالْحِكْمَةِ = dengan hikmah
وَالْمَوْعِظَةالْحَسَنَةِ = dan pelajaran yang baik
وَجَادِلْهُمْ = bantahlah mereka
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ = dengan cara yang baik
إِنَّ رَبَّكَ = Sesungguhnya Tuhanmu
هُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِمَنْ ضَلَّ = tentang siapa yang tersesat
عَنْ سَبِيلِهِ = dari jalan-Nya
وَهُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِالْمُهْتَدِينَ = orang-orang yang mendapat petunjuk.
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ = kepada jalan Tuhanmu
بِالْحِكْمَةِ = dengan hikmah
وَالْمَوْعِظَةالْحَسَنَةِ = dan pelajaran yang baik
وَجَادِلْهُمْ = bantahlah mereka
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ = dengan cara yang baik
إِنَّ رَبَّكَ = Sesungguhnya Tuhanmu
هُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِمَنْ ضَلَّ = tentang siapa yang tersesat
عَنْ سَبِيلِهِ = dari jalan-Nya
وَهُوَ أَعْلَمُ = Dialah yang lebih mengetahui
بِالْمُهْتَدِينَ = orang-orang yang mendapat petunjuk.
b) Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
c) Asbabun Nuzul
Para mufasir berbeda pendapat
seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi
menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70
sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulallah.
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah
kepada Rasulallah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah)
dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat
yang menjadi sebab turunnyaayat tersebut.
Meskipun demikian, ayat ini tetap
berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak
hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an-nuzul-nya (andaikata ada sabab
an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian umum. Ini
berdasarkan kaidah ushul:
نَّ
الْعِبْرَةَ لِعُمُومِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوصِ السَّبَب
Artinya: “Yang
menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususan sebab.”
Setelah kata ud‘u (serulah)
tidak disebutkan siapa obyek (maf‘ûl bih)-nya. Ini adalah uslub
(gaya pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan pengertian umum (li
at-ta’mîm). Dari segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum.
Meski ayat ini adalah perintah Allah SWT kepada Rasulallah SAW, perintah ini
juga berlaku untuk umat Islam.
d) Tafsiran
أدع الى سبيل ربك Menyeru manusia ke
jalan Allah dan mengesakan Allah adalh merupakan sesuatu yang penting untuk
dipelajari. Oleh karena itu, inipun merupakan sesuatu yang penting bagi Nabi
Muhammad SAW. Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengajak manusia ke
jalan Allah dengan pelajaran. Sebagaimana potongan ayat dibawah ini:
أدعالىسبيلربك
Wahai Rasul, serulah manusia ke jalan Tuhan-Mu yaitu agama Islam melalui pelajaran yang baik dan perkataan yang baik, yaitu pelajaran dan teguran yang dapat mempengaruhi hatinya juga memberikan peringatan kepada mereka untuk takut akan sisksa Allah SWT.
Wahai Rasul, serulah manusia ke jalan Tuhan-Mu yaitu agama Islam melalui pelajaran yang baik dan perkataan yang baik, yaitu pelajaran dan teguran yang dapat mempengaruhi hatinya juga memberikan peringatan kepada mereka untuk takut akan sisksa Allah SWT.
وجادلهم بالتى هي أحسن Membantah
mereka dengan bantahan yang baik dan sebagainya. Merubah diri mereka dengan
tujuan yang baik, dengan perkataan yang lemah lembut, mengajarkan bagaimana mengampuni
orang yang berbuat kejahatan terhadap dirinya, saling menasehati, cara merubah
perbuatan yang jelek menjadi baik dan jangan berdebat dengan ahli kitab. Ini
tidak hanya dilaksanakan dengan perkataan saja, akan tetapi harus diiringi
dengan perbuatan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
ولاتجادل أهل الكتاب الا
بالتى هي أحسن الا الذين ظلموا منهم - العنكبوت : 46
“Dan janganlah kamu berdebat dengan
ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik kecuali dengan orang-orang
dzalim diantara mereka”. (QS. Al-Ankabut : 46).
Ini merupakan perintah kepada Nabi
Muhammad dari Allah untuk mengajarkan mereka dengan perkataan yang lemah lembut
dan nasehat yang lembut pula. Sebagaimana ketika Musa dan Harun AS, diutus ke
Fir’aun, dalam ucapannya :
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى - طه : 44
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS. Thaha : 44).
Untuk wajib bagi setiap Da’I untuk melaksanakan dakwah keIlahian.
ان ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله Allah telah mengetahui orang-orang yang celaka dan orang-orang yang bahagia, dan bagi orang yang bahagia dan tahu akan kebenaran maka Allah akan diberikan petunjuk.. Allah pun lebih mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang mendapatkan petunjuk, bagi orang yang mendapatkan petunjuk diperbolehkan untuk bertemu denagn Tuhan-Nya. Wahai Muhammad, petunjuk itu tidak hanya bagi kamu tetapi bagi orang selain kamu yaitu bagi orang yang menyampaikan ajarannya dan orang yang mulia.
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى - طه : 44
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS. Thaha : 44).
Untuk wajib bagi setiap Da’I untuk melaksanakan dakwah keIlahian.
ان ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله Allah telah mengetahui orang-orang yang celaka dan orang-orang yang bahagia, dan bagi orang yang bahagia dan tahu akan kebenaran maka Allah akan diberikan petunjuk.. Allah pun lebih mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang mendapatkan petunjuk, bagi orang yang mendapatkan petunjuk diperbolehkan untuk bertemu denagn Tuhan-Nya. Wahai Muhammad, petunjuk itu tidak hanya bagi kamu tetapi bagi orang selain kamu yaitu bagi orang yang menyampaikan ajarannya dan orang yang mulia.
Sebagaimana dalam firman Allah:
انك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي
من يشاء - القصص : 56
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Qhashash : 56).
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Qhashash : 56).
ليس عليك هداهم ولكن الله يهدي من يشاء
- البقرة : 272
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) kepada siapa yang dikehendaki-Nya”.(QS.Al-Baqoroh: 272).
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) kepada siapa yang dikehendaki-Nya”.(QS.Al-Baqoroh: 272).
Adapun urutan
langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain :
1. Oleh
tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu. Jika tujuannya
itu keterampilan maka urutan langkahnya ada; bila tujuannya memahami konsep,
maka urutannya akan berbeda dari bila tujuannya keterampilan; demikian
seterusnya.
2. Oleh
kemampuan guru. Ada guru yang pandai berbicara; ia sebaiknya banyak menggunakan
ceramah. Jika guru lihai bernyanyi ia dapat menggunakan bernyanyi sebagai cara
mengajar. Langkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan pengajaran.
3. Oleh
keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering kali digunakan
alat-alat. Alat-alat itu menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen
yang digunakan, maka alat-alat eksperimen harus tersedia. Bila tidak ada, maka
metode itu diganti dengan metode lain yang tidak perlu menggunakan alat.
4. Oleh
jumlah murid. Bila muridnya banyak, katakanlah 100 orang dalam satu kelas, maka
metode ceramah lebih baik dari pada metode diskusi. Jalan pengajaran
(langkah-langkah mengajar) metode ceramah tentu berbeda dari langkah mengajar
dalam metode diskusi.
e) Penjelasan
Makna umum dari
ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan
cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur’an yaitu dengan cara Al-hikmah,
Mauidhah Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai rasul telah
berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah
mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan.
Proses serta
metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl)
berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan “jaring-jaring” (networking)
yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik,
guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait.
Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Pada awalnya ayat ini berkaitan
dengan dakwah Rasulullah SAW. Kalimat yang digunakan adalah fiil amr “ud’u”
(asal kata dari da’a-yad’u-da’watan) yang artinya mengajak, menyeru, memanggil.
Dalam kajian ilmu dakwah maka ada prinsip-prinsip dalam menggunakan metode
dakwah yang meliputi hikmah, maudhoh hasanah, mujadalah. Metode ini menyebar
menjadi prinsip dari berbagai system, berbagai metode termasuk komunikasi juga
pendidikan. Seluruh dakwah, komunikasi dan pendidikan biasanya merujuk dan bersumber
pada ayat ini sebagai prinsip dasar sehingga terkenal menjadi sebuah “metode”.
Secara etimologi
metode berasal dari bahasa Greeka, yaitu “Metha” artinya melalui atau melewati
dan “Hodos” artinya jalan atau cara. Dalam kajian keislaman metode berarti juga
“Thoriqoh”, yang berarti langkah - langkah strategis yang dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
Adapun secara
terminologi, para ahli pendidikan mendefinisikan metode sebagai berikut :
1) Hasan
Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2) Abd. Al – Rahman Ghunaimah mendefinisikan
bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3) Ahmad
Tafsir mendefinisikan metode mangajar adalah cara yang paling tepat dan cepat
dalam mengajarkan mata pelajaran.
Ada beberapa landasan dasar dalam
menentukan metode yang tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi,
beliau mengatakan bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah :
1)
Sesuai dengan tujuan pengajaran
agama.
2)
Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan.
3)
Menarik perhatian murid.
4)
Maksud metodenya harus dipahami
siswa.
5)
Sesuai dengan kecakapan guru agama
yang bersangkutan.
Dalam surat
An-Nahl (lebah) ayat 125 ini, terdapat tiga prinsip dalam implementasi metode
penyampaian (dakwah, pembelajaran, pengajaran, komunikasi dan sebagainya) yaitu
;
1.
Al-Hikmah
Dalam bahasa
Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang
benar. Al-hikmah berarti mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar
mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran.
Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan audiens atau peserta didik
diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara
guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan
mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi
“student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan
kesempatan kapada siswanya untuk berkembang.
2.
Mauidzah Hasanah
Maudzah hasanah terdiri dari dua
kata “al-Maudzah dan Hasanah”. Al-mauidzah dalam tinjauan etimologi berarti
“pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik.
Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir
menafsiri Al-mauidzah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia,
mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat
kepada Allah.
Dengan
melalui prinsip maudzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap
dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi approach) agar penyampaian materi
bisa diterima oleh peserta didik diantaranya :
a.
Pendekatan Relegius,
yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk relegius dengan bakat-bakat
keagamaan. Metode pendidikan Islam harus merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
b.
Dasar Biologis,
pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pendidikan.
c.
Dasar Psikologis,
metode pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila didasarkan pada
perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat, sikap, keinginan,
kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual,
d.
Dasar Sosiologis,
pendekatan social interaksi antar siswa, guru dengan siswa sehingga memberikan
dampak positif bagi keduanya.
3. Mujadalah
Kata
mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya percekcokan dan
perdebatan. Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya dalam
surat Al-Kahhfi ayat 54 وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلً)), dalam
surat Az-Zukhruf ayat : 58, (َقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ
لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ). Kalimat “jadala” dengan
berbagai variasinya juga bertebaran dalam Al-Qur’an, bahkan ada surat yang
bernama “Al-Mujaadilah” ( perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan).
Mujadalah
dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi
sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan
metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan
wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Metode
diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam
kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan
peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang
dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi
mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada
pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai
individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode
mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang
kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari
alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Para
guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai
instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan aspek
penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual
differencies) bukan “Teacher Centre”.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Rasululloh s.a.w merupakan
teladan terbesar buat umat manusia, beliau adalah seorang pendidik seorang yang
memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu
sebelum dengan kata-kata yang baik, dalam hal ini al-quran dan hadits
menyebutkannya.
2.
Tujuan pembelajaran adalah
perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3.
Metodologi mengajar dalam
dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses
Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya.
4.
Dalam menyampaikan
risalah tersebut Nabi Muhammad SAW memperoleh pedoman yang sangat berharga
yaitu berupa prinsip-prinsip dasar dalam metode menyampaikan materi ajaran
Islam yang tercantum dalam surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini memuat tentang
prisnsip-prinsip berdakwah (mengajar, mendidik ) yang terdiri dari Al-Hikmah
(arif-bijaksana bersumber dari Al-Qur’an), Maudzoh Hasanah (perkataan yang
baik, lemah lembut) dan Mujadalah (diskusi, dialog bila perlu berdebat ).
B. Saran
Jangan takut untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan dalam menyampailan
ilmu, tetapi hal itu harus sesuai dengan ilmunya tidak boleh di lebihkan
ataupun ditambahkan.
DAFTAR PUSTAKA
http//:/tafsir
Mklh/Metode Pembelajaran Dan Pengajaran Dalam Surat Al-Qur’an.
http//:/tafsir%20Mklh/zha%27s%20blog%20%20makalah%20tafsir%20surah%20al-Maidah%20ayat%2067%20tentang%20metode%20pengajaran.Htm.
http//:/tafsir%20mklh/Pendidikan%20yang%20efektif%20dan%20efisien%20%20metode%20pembelejaran.Htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar