PARADIGMA
PENDIDIKAN ISLAM
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Latar Belakang
Masalah
Untuk merumuskan tujuan
pendidikan islam harus diketahui lebih dahulu cirri manusia sempurna menurut
islam, untuk mengetahui cirri manusia sempurna menurut islam harus diketahui
lebih dahulu hakekat manusia menurut islam.
1.
Hakekat manusia
menurut islam
Menurut islam manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia
tidaklah muncul dengan sendirinya dan oleh dirinya sendiri. Al-Qur’an surat
Al-alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia
diciptakan Tuhan dari segumpal darah, dan Al-Qur’an surat At-thariq: 5 bahwa
manusia dijadikan oleh Allah.
Pengetahuan kita tentang asal kejadian manusia ini
amat penting artinya dalam merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal
kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan
hidup bagi orang islam. Pandangan tentang kemakhlukan manusia cukup
menggambarkan hakekat manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan inilah
hakekat wujud manusia.
Hakekat wujud yang lain ialah bahwa manusia adalah
makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan dalam
teori pendidikan lama dikatakan bahwa perkembangan ( seseorang) hanya
dipengaruhi oleh pembawaan ( nativisme), dan teori empirisme yang menyatakan
bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh lingkungannya. Dikembangkan teori
ketiga yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan
dan lingkungannya ( konvergensi). Salah satu sabda Rasulullah SAW, “ tiap oran
dilahirkan membawa fitrah. Ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani,
atau Majusi (HR. Bukhari dan Muslim).
Manusia adalah makhluk yang berkembang karena
dipengaruhi pembawaan dan lingkungan adalah salah satu hakekat wujud manusia,
dalam perkembangannya manusia itu cenderung beragama inilah akibat wujud
manusia yang lain bahwa manusia itu adalah makhluk yang uttuh yang terdiri atas
asmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok.
Al- qur’an menelaskan bahwa manusia itu mempunyai aspk
asmani aspek asmani itu tidak bisa dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia
masih hidup di dunia. Dalam surat Al- Baqarah ayat 247 Allah menerangkan bahwa
syarat imammah antara lain adalah memiliki pengetahuan dan kekuatan fisik. Dan
surat Al- munafikun ayat 4 dijelaskan oleh Allah bahwa tubuh yang kuat dan elok
tidak memiliki keistimewaan bila orangnya munafik. Manusia mempunyai aspek akal
ini sudah jelas bahwa manusia normal menyadari hal itu, akal yang paling
penting disini bahwa bukanlah akal sekedar benda atau sel-sel yang hidup dan
yang lebih penting bahwa akal yang bekerja, berfikir.
Aspek ketiga manusia adalah potensi rohani. Al-
Syaibani (1979:130) menyatakan bahwa manusia terdiri atas tiga potensi yang
sama pentingnya, yaitu jasmani, akal, dan roh.
Abdul Fattah Jalal tidak menjelaskan apa roh itu ia
juga mengutip surat Al- Isra ayat 85 yang menjelaskan bahwa manusia tidak akan
akan mampu mengetahui roh, ia hanya menyatakan bahwa roh itu ditiupkan ke dalam
segumpal tanah liat, lantas Adam itu hidup. Roh di tiupkan kedalam janin lantas
janin itu hidup. Akhirnya ia menyatakan bahwa ruh itu terpadu dengan kalbu,
dalam hal itu Abdul Fattah menyatukan kalbu dengan ruh. Maka penyatuan itu yang
disebut rohani.
2.
Manusia sempurna
menurut islam
a.
Jasmani yang
sehat serta kuat dan berketrampilan
Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta
kuat, terutama berhubungan dengan keperluan penyiaran dan pembelaan serta
penegakkan ajaran islam.
Islam menghendaki agar orang islam itu sehat mentalnya
karena inti ajaran islam (iman) adalah persoalan mental. Kesehatan mental
berkaitan erat dengan kesehatan jasmani. Karena kesehatan mental penting, maka
kesehatan jasmani pun penting pula karena kesehatan jasmani sering berkaitan
dengan pembelaan islam, maka sejak permulaan sejarahnya pendidikan jasmani (
agar sehat dan kuat) diberikan oleh para pemimpin islam, yaitu berupa latihan
memanah, berenang, menggunakan senjata, menunggang kuda, lari cepat ( Al-
Syaibani, 1979:503).
Kesehatan dan kekuatan yang berkaitan dengan kemampuan
menguasai filsafat dan sains serta pengelaolaan alam. Oleh karena itu, semakin
wajarlah kiranya bila islam memandang jasmani yang sehat serta kuat sebagai
salah satu cirri muslim yang sempurna. Pada jasmani yang sehat terdapatlah
indra yang sehat dan bekerja dengan baik. Indra yang baik diperlukan dalam
penguasaan filsafat dan sains, serta dalam pengelolaan alam. Jadi,
kesimpulannya wajar bila islam memandang jasmani yang sehat dan kuat sebagai
salah satu ciri muslim yang ideal.
b.
Cerdas serta
pandai
Salah satu cirri muslim yang sempurna ialah cerdas
serta pandai. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indicator-
indicator sebagai berikut:
1.
Memiliki sains
yang banyak dan berkualitas tinggi. Sains adalah pengetahuan manusia yang
merupakan produk indra dan akal dalam sains keliahatan tinggi atau rendahnya
mutu akal.
2.
Mampu memahami
dan menghasilakan filsafat. Filsafat adalah jenis pengetahuan yang semata- mata
akliah.
c.
Rohani yang
berkualitas tinggi
Rohani itu samar, ruwet, belum jelas batasannya manusia
belum atau tidak akan memiliki cukup pengetahuan untuk mengetahui hakekatnya.
Kebanyakan buku tashawuf dan pendidikan islam menyebutkan qalb (kalbu) saja.
B.
Pengertian
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dasar
kehidupan adalah pandangan hidup T.S. Eliot ( lihat Du Dois, 1979:14)
menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari
pandangan hidup. Jika pandangan hidup kita adalah islam maka tujuan pendidika
kita haruslah diambil dari ajaran islam. Kalau kita melihat kembali pengertian
pendidikan islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud
setelah orang mengalami pendidikan islam secara keseluruhan yaitu kepribadian
seseoarang yang memebuatnya menjadi insane kamil dengan pola takwa. Insan kamil
artinya manusia utuh rohani dan jasmani dapat hidup dan berkembang secara wajar
dan normal karena takwanya kepada Allah SWT.[1]
Menurut Abdul Fattah Jalal
(1988: 119), tujuan umum pendidikan islam ialah terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah.[2]
Menurut Quthb (1988: 21), tujuan umum pendidikan
adalah manusia yang takwa.
Konferensi Dunia Pertama
tentang pendidikan islam ( 1977) berkesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan
islam adalah manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah ( Ashraf,
1982:2).
Para ahli pendidikan islam
sepakat bahwa tujuan umum (sebagian menyebutnya tujuan akhir) pendidikan islam
ialah manusia yang baik itu ialah manusia yang beribadah kepada Allah.
Al- Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan islam
menjadi:
1.
Tujuan yang berkaitan
dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku,
jasmani dan rohani, dan kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan
akhirat.
2.
Tujuan yang
berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu, dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya
pengalaman masyarakat.
3.
Tujuan
professional, yang berkaitan dengan pendidikan dalam pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Al-
Aynayni (1980: 153- 217), membagi tujuan pendidikan islam menjadi tujan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum ialah beribadah kepada Allah, maksudnya membentuk
manusia yang beribadah kepada Allah. Selanjutnya ia menyatakan bahwa tujuan
umum ini sifatnya tetap, berlaku disegala tempat, waktu, dan keadaan. Tujuan
khusus pendidikan islam ditetapkan berdasarkan keadaan tempat dengan
mempertimbangkan keadaan geografi, ekonomi, dan lain- lain yang ada di tempat
itu.
C.
Penerapan dalam
Tri Pusat Pendidikan
1.
Pendidikan di
keluarga
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak- anak mereka, karena dari merekalah anak mula- mula menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga.
Orang tua ibu dan ayah memegang peranan yang penting
dan amat berpengaruh atas pendidikan anak- anaknya. Sejak seorang anak lahir,
ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru peranan
ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu
menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula- mula dikenal
anak, yang mula- mula menjadi temannya dan yang mula- mula dipercayanya. Apapun
yang dilakukan ibu dapat dimanfaatkannya, kecuali apabila ia ditingalkan.
Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung didalam hati anaknya juga jika
anak telah mulai agak besar, disertai kasih sayang, dapatlah ibu mengambil ati
anaknya untuk selama- lamanya.
Contoh
pendidikan islam dalam keluarga salah satunya yaitu;
anak harus sudah terampil melakukan ibadat, (sekurang-kurangnya ibadat wajib)
meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadat itu.
2.
Pendidikan di
Sekolah
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara
implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung
jawab pendidikan yang terpikul dipundak
para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus
berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal
itu pun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya
kepada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat
guru.
Misalnya:
agar peserta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ayat- ayat al-
qur’an secara benar, mendalam dan komperhensif ( Abuddin Nata, 2010: 65).
3.
Pendidikan di
Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab
pendidikan secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan
individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama.
Setiap masyarakat mempunyai cita- cita, peraturan- peraturan dan system
kekuasaan tertentu.
Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah
terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang
ada di dalamnya pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap
anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik
dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan
sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula
sebagai warga desa, warga kota dan warga Negara. Dengan demikian, dipundak
mereka terpikul keikut sertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab
terhadap penyelengaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada
hakekatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orng dewasa baik sebagai
perorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari
segi ajaran islam, secara implisit mengandung pula tanggunag jawab pendidikan.
Lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena
itulah pendidikan islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,
mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah
dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu
mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan,
sekurang – kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang,
meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.[3]
Misalanya: tersosialisasikannya nilai- nilai
agama, nilai budaya, faham ideology dan misi organisasi kepada masyarakat (
Abuddin Nata, 2010:66).
D.
Penutup
1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis sebagaimana tersebut diatas,
dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1)
Dalam islam
tujuan pendidikan sangat penting ditetapkan dengan dasar ikhlas semata- mata
karena Allah, dan dicapai secara bertahap, mulai dari tujuan yang paling
sederhana hingga tujuan yang paling tinggi.
2)
Dalam islam,
tujuan pendidikan diarahkan pada terbinanya seluruh bakat dan potensi manusia
sesuai dengan nilai- nilai ajaran islam, sehningga dapat melaksanakan fungsinya
sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka pengabdiannya kepada Tuhan.
3)
Bahwa dalam
islam, keberhasial pendidikan, bukan semata- mata ditentukan oleh usaha guru,
lembaga pendidikan, atau usaha peserta didik, melainkan juga karena petunjuk
dan bantuan dari Tuhan.
2.
Saran
Bahwa pendidikan hendaknya ditujukan untuk menciptakan
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh, dengan cara
melatih jiwa, akal fikiran, perasaan, dan fisik manusia. Denagan demikian, pendidikan
harus mengupayakan tumbuhnya sekuruh potensi manusia, baik yang bersifat
spriritual, intelektual. Daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan maupun bahasa,
baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek
tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
Daftar Pustaka
Daradjat,
dkk, Dr Zakiyah, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Tafsir, Dr.
Ahmad, 2011, Ilmu Pendidikan
Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosdakarya.