ILMU KALAM
n Ilmu
kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain:ilmu ushuluddin, ilmu
tauhid, fiqh Al-Akbar, dan teologi Islam. Disebut ilmu ushuluddin karena karena
ilmu ini membahas pokok-pokok agama. Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini
membahas keesaan Allah SWT. Namun argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan
pada penguasaan logika.
n Musthafa Abdul Raziq : “ilmu ini (ilmu kalam)
yang berkaitan dengan akidah imani ini sesungguhnya dibangun di atas
argumentasi-argumentasi rasional. Atau, ilmu yang berkaitan dengan akidah
Islami ini bertolak atas bantuan nalar ”.
n Al-Farabi : “ilmu kalam adalah disiplin ilmu
yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai
yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang
berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu
ketuhanan secara filosofis
tujuan
utama dari ilmu kalam
n menjelaskan
landasan keimanan umat Islam dalam tatanan yang filosofis dan logis.
n Bagi
orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang menyangkut
dengan Tuhan yang ada dalam al-Qur’an, Hadits, ucapan sahabat yang mendengar
langsung perkataan Nabi dan lain sebaganya, sudah cukup
n Namun
tatkala masalah ini dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka
dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu berperan. Sebab, tidak semua orang
meyakini kebenaran al-Qur’an dan beriman kepadanya. Karenanya diperlukan lagi
interpretasi akal terhadap dalil yang sudah ada dalam al-Qur'an tersebut untuk
menjelasakannya
n Awalnya
perbincangan mengenai teologi ini hanyalah debat biasa sebagai diskusi untuk
mempertajam pemahaman keIslaman, namun lama-kelamaan ia membentuk sebuah
kelompok pro-kontra yang berjuang pada kebencian, permusuhan dan bahkan
peperangan.
Mengapa
disebut Ilmu Kalam?
n Persoalan
yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan hijriah ialah
apakah Kalam Allah (Al-qur’an) itu qadim atau hadits.
n Dasar
ilmu Kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak
jelas dalam pembicaraan para mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan dalil
naqli (Al-Qur’an dan hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok
persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalili-dalil fikiran.
n Dinamakan
Ilmu Kalam karena pembicaraan tentang Tuhan dibahas dengan logika. Maksudnya
menggunakan dalil-dalil aqliyah ; dari permasalahan masalah sifat-sifat kalam
bagi Allah.
Dasar-dasar
dan ruang lingkup Ilmu Kalam
n Al-quran
Sebagai dasar dan sumber ilmu kalam,
Al-quran banyak menyinggung hal yang
berkaitan dengan masalah ketuhanan,misalnya QS Al Ikhlas:
“Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakan (3) dan tidak ada sesuatu yang sama denganDia (4)”
2. Hadis
Hadis Nabi SAW pun banyak
membicarakan masalah-masalah yang dibahas ilmu kalam yang dipahami sebagian
ulama sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu
kalam, diantaranya adalah:
“hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “orang-orang Yahudi akan
terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh golongan.”
3. Pemikiran Manusia
n Pemikiran
manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat Islam sendiri atau pemikiran
yang berasal dari luar umat Islam. Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang
di dunia Islam, umat Islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya
untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-quran, terutama
yang belum jelas maksudnya (al-mutasyabihat).
n Seperti
halnya filosof muslim yaitu Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau yang
di kenal dengan Al-Razi yang mendukung penggunaan akal dalam memahami kalam
Ilahi, ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui yang baik serta
apa yang buruk, untuk tahu kepada Tuhan, dan untuk mengatur hidup manusia di
dunia
4. Insting
n Secara
instingtif, manusia selalu ingin bertuhan, oleh karena itu kepercayaaan adanya
Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama.
HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DIPERSELISIHKAN DALAM ILMU
KALAM
- Allah maha Esa
- Muhammad adalah Rasul
- Al-Quran adalah wahyu
- Hari akhirat itu pasti
- Surga dan neraka itu ada.
Selanjutnya
yang menjadi tema besar ajaran ilmu kalam (ruang lingkup), seperti:
n Allah
mempunyai sifat diluar dzat atau tidak
n Diutusnya
Rasul wajib atau tidak
n Al-quran
Qadim atau baharu
n Surga dan
neraka itu jasmani atau rohani
n Melihat
Tuhan di akhirat, dengan jasmani atau rohani
n Dan
lain-lain
Sejarah awal munculnya ilmu kalam
n Menurut
Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang
menyangkut peristiwa pembunuhan utsman bin affan yang berbuntut pada penolakan
muawiyah atas kekhalifahan Ali bin abi thalib. Ketegangan tersebut mengkristal
menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap
Ali menerima tipu muslihat Amr bin Al ash, utusan dari pihak Muawiyah dalam
tahkim. Kelompok yang awalnya berada dengan Ali menolak keputusan tahkim
tersebut mereka menganggap Ali telah berbuat salah atas keputusan tersebut
sehingga mereka meninggalkan barisannya, kelompok ini dikenal dengan nama
khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
Diluar
pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar tetap mendukung Ali.
Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok syiah.
Harun
lebih jauh melihat bahwa persoalan kalam yang pertama muncul adalaah persoalan
siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir
n Sementara
itu menurut Dr. M. Yunan yusuf masalah ilmu kalam ini timbul berawal dari
masalah politik yaitu ketika usman bin affan wafat terbunuh dalam suatu pemberontakan
. sebagai gantinya Ali dicalonkan sebagai khalifah namun pencalonan Ali ini
banyak mendapat pertentangan dari para pemuka sahabat di Mekah. Tantangan kedua
datang dari Muawiyah, gubernur Damaskus salah seorang keluarga dekat Usman bin
Affan. Ia pun tidak mau pengangkatan Ali sebagai khalifah. Muawiyah menuntut
untuk menghukum para pembunuh Usman bin Affan.
Hingga
sampai terjadinya peristiwa tahkim yang membuat Muawiyah naik tahta secara
illegal. Ketika Ali membiarkan hal itu terjadi sebagian tentara Ali tidak
menyetujui hal tersebut.mereka memandang Ali telah berbuat salah dan berdosa
dengan menerima keputusan (arbitrase) itu.
Akhirnya
mereka menganggap Ali dan Muawiyah telah kafir. Dan hal itu berkembang bukan
lagi menjadi masalah politik namun telah menjadi masalah teologi. Mereka inilah
yang dikenal dengan kaum Khawarij
Posisi Ilmu kalam dalam Islam
n Ketika
memasuki periode kekuasaan Bani Abbasiyah barulah ilmu ini muncul kembali ke
permukaan seiring maraknya kajian keilmuan yang lainnya juga terjadinya
persentuhan dengan filsafat Yunani yang membuat ilmu ini berkembang pesat.
Walaupun terlihat dalam sejarah kailmuan Islam lebih dahulu muncul yaitu ilmu
kalam namun dalam pengkajiannya ilmu kalam ini seolah dikesampingkan dari pada
disiplin ilmu yang lainnya, seperti fiqh. Ushul fiqh, tafsir, ulumul Quran dan
Ulumul hadits.
n Jadi
sebutan ilmu kalam sebagai suatu disiplin ilmu baru muncul pada penghujung abad
pertama hijriah ketika para ulama dengan bergairah membicarakan Al-quran (kalam
ilahi) yaitu apakah Al-quran itu qadim atau baharu, permasalahan lain terkait
masalah-masalah keimanan dan perkembangaan disiplin ilmu ini berjalan dalam
bentuk diskusi yang berkelanjutan
Posisi ilmu kalam dalam kurikulum PAI
di
dalam kurikulum untuk sekolah seperti SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA mata pelajaran
ilmu kalam tidak di pelajari, baik itu dari jurusan Bahasa, IPA, IPS, maupun
keagamaannya, yang di pelajari dalam pendidikan keagamaannya hanyalah Bahasa
Arab, fiqh, akidah akhlak, al-quran dan hadits dan sejarah kebudayaan Islam
itupun untuk tingkat MI, MTS dan MA saja.
Namun
untuk kurikulum perguruan tinggi Islam ilmu kalam mendapat tempat sebagai
materi kuliah yang di ajarkan sebagai mata kuliah keilmuan.
Pentingnya kembali mempelajari teologi Islam demi upaya
peningkatan produktivitas umat Islam.
n pertama
agama mengajarkan bahwa sesudah hidup pertama di dunia yang bersifat material
ini, ada hidup kedua nanti di akhirat yang bersifat spiritual. Bagaimana
pengaruh ajaran ini terhadap produktivitas dari penganut agama bersangkutan
sangat tergantung dari kedua corak pemikiran tersebut.
n Kedua,
agama mempunyai ajaran mengenai nasib dan perbuatan manusia. Kalau nasib
manusia telah ditentukan Tuhan sejak semula, dalam arti bahwa perbuatan manusia
merupakan ciptaan Tuhan, maka produktivitas manusia yang menganut paham
keagamaan demikian, akan rendah sekali.
n Paham
pertama dikenal dengan filsafat fatalism atau jabariyah. Paham kedua disebut
qadariyah.
Daftar pustaka
n [1] Abdul
Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka
Setia,2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar